Telah
diumumkan oleh Ibu Mariya Ulfah yang kerap kami panggil Ibu Mariya
selaku guru Bahasa Inggris minggu lalu. Di hari jum’at itu seusai
kami latihan mengerjakan soal, Ibu Mariya mengumumkan bahwa minggu
depan pada hari sabtu akan diadakan middle test (ulangan) bagi kelas
X3. Aku pun tidak sabar menunggu waktu nya tiba, walaupun ulangan itu
terkesan sangat menakutkan, gugup, bahkan grogi ketika berhadapan
dengan soal, tetapi aku berusaha untuk tetap rileks dan menjawab
dengan tidak gugup. Terlebih lagi, jika kita sudah menguasai betul
materi yang akan diulangkan tersebut, ketika kita berhadapan dengan
soal, materi-materi yang telah kita kuasai menjadi ciut. Seperti
terkena penyakit amnesia sesaat. Tetapi aku berharap untuk tidak lupa
kepada materi yang aku pelajari tersebut. Seusai mendengar berita
tersebut, aku berusaha untuk selalu mengingat bahwa kami akan middle
test hari sabtu depan.
***
Di
hari kamis tepatnya saat siang hari, aku ingin belajar materi yang
akan di ulangkan tersebut, agar nanti disaat malam jum’at nya aku
tidak terburu buru belajar atau bahasa kerennya disebut belajar
system kebut semalam. Maka di hari kamis itu, aku sudah mulai untuk
mempelajari nya. Dan yang diulangkan itu ada 2 sub bab materi
pelajaran, aku pun berniat untuk mempelajari bab 1 terlebih dahulu.
Ternyata materi nya tidak terlalu sulit dan tidak juga terlalu mudah
dengan istilah lain sedang-sedang saja. Aku memperhatikan setiap
kalimat-kalimat yang menurutku penting. Aku mengingat lebih dalam
contoh kalimat Expression Surprise, Disbelief, Gratitude dan Response
nya. Tak lupa juga untuk mengingat definisi dari Descriptive Text,
Announcement, Narrative Text, dan Advertisement.
Saat
selesai mempelajari bab 1, aku melakukan sesuatu, yaitu dengan
menulis kembali apa yang telah aku pelajari tadi di selembar kertas
kosong. Ini adalah kebiasaan ku ketika sehabis belajar. Karena aku
ingin menguji seberapa kuat ingatan ku terhadap materi yang ku
pelajari tadi. Aku duduk santai di ruang tamu sesambil menuliskan
materi materi yang aku ingat tadi. Pensil terus menari diatas kertas
kosong. Dan akhirnya, pensil tersebut berhenti menari. Ya, aku lupa
kalimat selanjutnya apa, tetapi aku mengerti apa yang seharusnya aku
tulis di kertas tersebut. Kemudian aku membuka LKS Bahasa Inggris
yang sedari tadi tertutup di sebelahku. Aku membuka halaman 8, aku
cari definisi dari Description Text. Setelah menemui definisi
Description Text, aku memejamkan mata dan mulai berkomat-kamit untuk
mengingat lebih dalam definisi tersebut. Aku tutup kembali LKS itu
dan lanjut untuk menulis lagi. Seusai menulis aku memeriksa kembali
kalimat kalimat yang aku tulis tadi, kemudian aku mencocokkan nya
dengan buku LKS ku, apa yang aku tulis itu sama persis dengan yang di
LKS, maka aku pun lega dan mengganggap bahwa aku sudah mengingat
betul apa yang telah aku pelajari kurang lebih sekitar 25 menit yang
lalu. Aku pun berniat untuk menyudahi sesi belajar ku ini karena aku
ingin mengerjakan pekerjaan ku yang lain.
Di
hari selanjutnya, yaitu pada hari jum’at, Ibu Mariya tidak masuk
mengajar ke kelas kami. Dan kelas pun menjadi ribut karena tidak
belajar. Mungkin karena di hari jum’at itu durasi belajar Bahasa
Inggris kami sangat sedikit, di tambah lagi Ibu Mariya masuk pada jam
terakhir sehabis pelajaran Geografi. Aku menerka itulah alasan nya,
mengapa Ibu Mariya tidak mengajar kami pada waktu itu. Tetapi kami
maklumi saja dan tidak mengeluh.
Seperti
biasa, pulang sekolah aku kerap bersama Rahmah anak kelas X4. Di
rumah Rahmah, aku selalu menunggu jemputan dari kakak ku yang biasa
ku panggil ia dengan sebutan Mas Herry (Mas adalah sebutan untuk
kakak laki-laki). “Kelas kalian sudah apa belum ulangan Bahasa
Inggris?” tanyaku
membuka pembicaraan. “Sudah, kemaren kami mengadakan ulangan Bahasa
Inggris, memangnya kenapa? Kelas kalian belum ya?” Rahmah kembali
bertanya. “Tidak apa-apa kok, aku hanya sekedar bertanya, Insya
Allah besok kami mengadakan ulangan.” Kataku menjawab pertanyaan
Rahmah. Kami
berdua masih memperbincangkan masalah ulangan
Bahasa Inggris,
dan kemudian kami alih tema pembicaraan ke masalah
wawancara.
Disaat sedang asyik nya berbincang-bincang dengan Rahmah yang
membahas tentang wawancara tersebut, akhirnya muncullah Mas Herry
untuk menjemputku. Aku pamit pulang kepada Rahmah, dan aku segera
naik keatas motor serta berharap untuk cepat sampai dirumah, karena
aku sangat kehausan dan juga kegerahan.
***
Dirumah,
sehabis makan siang. Aku belajar Bahasa Inggris lagi karena besok
adalah waktunya middle test. Aku mempelajari bab 2, tetapi aku tidak
terlalu konsentrasi saat itu. Lantas, aku pun pergi ke kamar tidur
untuk belajar disana dengan harapan agar aku lebih konsentrasi.
Kurang lebih 10 menitan disaat aku sedang asyik-asyik nya belajar,
aku dipanggil oleh ibu ku untuk membantunya membersihkan kamar tidur
yang sedang aku gunakan untuk belajar. Aku pun meng-iya kan perintah
ibu ku tersebut. Aku mulai memindah laci-laci
kecil
yang berisi buku pelajaran
ku.
Sehingga akhirnya hanya tersisa lemari baju dan spring bed di kamar
ku. Aku membersihkan kolong tempat tidur dengan sapu lidi, sementara
ibuku menyapunya. Disaat sedang sibuk seperti itu pun,
sempat-sempatnya aku melirik buku. Iya benar, aku belajar dalam
keadaan yang tidak memungkinkan, membersihkan kamar sekaligus
belajar.
Akhirnya
saat ashar pun tiba, adzan berkumandang. Mas Herry
bergegas untuk pergi ke masjid yang tidak jauh dari rumah. Hal
tersebut menandakan bahwa waktu les sebentar lagi akan tiba. Hari
jum’at adalah jadwal ku untuk les Bahasa
Arab
kepada Ibu Rusmi. Sementara itu, akupun pergi wudhu dan setelah itu
aku shaat
ashar. Seusai shalat ashar, aku mengambil keranjang baju yang berada
disebelah lemari ku. Aku mengangkat baju baju yang sudah kering di
jemuran, dan untungnya semua baju yang dijemur hari itu kering
semuanya. Dengan cuaca yang mendukung dan pengering mesin cuci itu
membuat baju baju yang dicuci lekas kering. Seusai mengangkat baju
tersebut, aku ingin memeriksa lagi apakah ada baju yang tertinggal
atau tidak, ternyata semuanya sudah ada di dalam keranjang baju.
Aku
berjalan kedalam rumah dengan cepat sambil mengangkat keranjang yang
berat itu. Sementara, kutaruh keranjang baju tadi diatas sofa pada
ruang tamu. Aku ngos-ngosan seperti habis dikejar setan. Kemudian
aku
memasuki ruang keluarga untuk melihat jam dinding. Aku pun lega
ternyata masih jam 15:10, itu tandanya masih ada waktu untuk melipati
jemuran yang baru aku angkat tadi. Segera aku menuju ruang tamu untuk
mengambil keranjang yang berat itu, lalu aku letakkan di ruang
keluarga. Aku lebih senang melipat baju, mengerjakan pr dan bermain
laptop di ruang keluarga itu. Karena tempat nya luas, lapang, dan
gampang untuk melihat jam.
Aku
duduk bersila diatas karpet berwarna cokelat muda sambil melipat
baju. Disaat sedang melipat baju itupun aku masih sempat-sempatnya
belajar. Sebentar-bentar aku melirik pada jam dinding. Aku menghela
napas panjang, ternyata masih jam 15:15. Terkadang pada jam 15:15
itupun les belum dimulai, oleh sebab itu aku menyelesaikan pekerjaan
ku dulu.
Tiba-tiba
aku dikejutkan dengan suara orang yang memanggil ku dan suara motor
dimuka rumah ku. Aku hapal betul itu siapa, sepertinya Mira dan
Hennisa. Saat aku melangkahkan kaki ku keluar rumah ternyata benar
dugaanku. “Kamu les
apa engga Fat?” Tanya Hennisa, “Iya aku les, masuk dulu Hen, Mir.
Aku siap-siap dulu sebentar.” Jawab ku sambil mempersilahkan
Hennisa dan Mira untuk duduk selagi menungguku. “Iya Fat, kami
menunggu disini saja.” Kemudian Hennisa dan Mira duduk di kursi
teras depan rumah. Lalu aku masuk dengan tergesa-gesa untuk
membereskan baju yang telah aku lipat, sedangkan baju yang belum aku
lipat aku kembalikan lagi ke keranjang bajunya. Terlebih
dahulu ku taruh baju Ibuku
karena letak nya berdekatan dengan ruang keluarga, lalu aku menaruh
bajuku. Aku lari ke kamar mandi untuk mencuci muka, lalu aku lap
dengan handuk. Dengan sedikit berlari-lari kecil aku menuju kamar ku
untuk mengambil buku paket Bahasa Arab, kemudian menaruhnya kedalam
tas ku, dilanjutkan dengan mengambil kunci motor yang tergantung di
sebelah lemari. “Mama,
Mas Herry, aku berangkat les dulu ya, Assalamualaikum…” aku
pamit kepada Ibuku
dan juga Mas Herry.
Kemudian Ibu dan Mas Herry menjawab salam ku secara bersamaan.
Aku menemui Hennisa
dan Mira sembari
memasang helm. Lalu aku menghidupkan
mesin motor
dan berangkat bersama teman-teman ku.
Saat
kami sampai di sana, ternyata
mereka
sudah belajar, tetapi
kami hanya ber-8 orang saja, 2 orang yang lain ternyata sedang tidak
dapat hadir les waktu itu, mungkin mereka ada kegiatan lain.
Les hari itu
hanya menerjemahkan
dialog dalam Bahasa Arab
kedalam Bahasa
Indonesia. Aku tahu aku sudah menerjemahkannya, karena disaat waktu
luang terkadang aku menerjemahkannya kedalam Bahasa Indonesia. Lalu
aku mengerjakan soal-soal yang lain.
Sesudah selesai mengerjakan soal yang lain, aku ngobrol dengan Novita
karena Ibu Rusmi nya keluar, mungkin ada pekerjaan lain. “Nov, kamu
pernah kan beli batagor di dekat bundaran buah itu?” Tanyaku kepada
Novita sembari bermain dengan capung. “Iya pernah, kenapa?”
Novita kembali bertanya. “Ohh, tidak apa apa kok, aku cuman
kepingin mencicipi nya saja, bagaimana rasanya Nov enak apa tidak?”
Aku bertanya dengan rasa penasaran yang memuncak. “Enak saja kok,
coba kamu beli, harganya cuman Rp.5000.” Novita mengusulkanku untuk
membelinya. “Iya, Insya Allah pulang les ini aku mau beli.” Hari
itu les nya hanya sebentar saja, biasanya kami pulang pada jam 16.00
WIB, tetapi kali ini kami pulang lebih
awal pada
hari-hari biasanya, kami pulang pada jam 15.30.
Sebelum
pulang, aku memeriksa uang didalam tas ku, aku mencari
uang lebih. Uang tersebut akan aku gunakan untuk membeli batagor di
bundaran buah didekat rumahku,
sesuai dengan usul Novita untuk menyuruhku membelinya.
Warung itu baru saja didirikan, yang menjual batagor, es pisang ijo,
siomay dll. Karena aku sangat suka batagor, lalu aku ingin sekali
mencoba batagor di warung baru tersebut. Aku hanya membeli satu
bungkus dengan harga Rp.5000.
***
Sesampainya
dirumah, aku langsung menuju dapur untuk mengambil garpu, disaat aku
melewati ruang keluarga aku melihat pekerjaan ku yang belum
terselesaikan tadi, dan akan kukerjakan sehabis mengambil garpu. Lalu
aku menawarkan batagor yang
baru aku beli tadi,
kepada Ibu
dan Mas Herry.
Ternyata
mereka tidak ada yang berminat. Sambil melipat baju ditempat yang
sama, aku melahap batagor tersebut satu persatu. Sekarang pekerjaan
ku sudah selesai yang berbarengan dengan habisnya batagor ku. Kini
tugas ku tinggal mempelajari bab 2. Disaat aku menuju kamar dan
membuka laci buku pelajaran, aku tidak menemui buku LKS Bahasa
Inggris ku, yang aku temukan adalah kertas yang kutulisi dengan
materi pelajaran bab 1 tadi. Aku gugup, gelisah waktu itu. Kemudian
aku bertanya kepada Ibu
dan Mas Herry. Nihil,
mereka
tidak melihat buku LKS berwara biru milikku. Aku bertambah gugup.
Kemudian aku berusaha untuk mengingat lagi aktivitas apa sajakah yang
aku lakukan tadi sebelum aku kehilangan buku LKS Bahasa Inggris
milikku. Aku mencoba mencari nya di ruang keluarga, tetapi usahaku
sia-sia.
Tak ku jumpai buku LKS Bahasa Inggris berwarna biru milikku.
“Sudahlah,
paling juga terselip. Tidak mungkin hilang, masa didalam rumah bisa
hilang. Cari yang lebih teliti lagi dan jangan terburu-buru. Makanya
kalau habis belajar itu bukunya disimpan lagi pada tempatnya, jangan
ditaruh sembarangan, akibatnya seperti ini, kamu kelabakan mencari
bukumu itu. Sudah sana, mandi dulu. Lanjut nanti lagi nyari buku
nya.” Mas Herry berusaha menghibur, menasehati ku, dan mengingatkan
ku agar lekas mandi. Aku tidak menggubris perkataan Mas Herry, tetap
seperti semula, masih sibuk mencari buku LKS ku itu. Kemudian aku
beranjak pergi menuju kamar mandi dan meninggalkan ruang keluarga
dengan badan membungkuk serta
raut muka yang kusut.
Seusai
makan malam aku bertambah gelisah. Jika buku LKS ku hilang maka aku
tidak dapat mempelajari bab 2. Padahal besok adalah waktu nya middle
test. Terbesit ide di pikiranku untuk meminjam buku milik Nurul anak
kelas X2. Dia adalah tetanggaku dan kebetulan kami satu sekolah.
Tunggu apa lagi, aku langsung berdiri dari sofa, pamit, dan keluar
menuju kostan
Nurul. Aku melewati setiap rumah-rumah tetanggaku, dan akhirnya
sampai pada kostan Nurul. Aku berdiri tegak didepan pintu kostan
Nurul, mengetuk pintu
nya, dan
kemudian memanggilnya. Akhirnya Nurul pun
membukakan
pintu untukku. Aku mengutarakan maksud kedatanganku malam-malam
itu kepada Nurul. Tanpa pikir panjang Nurul menerima permintaanku,
Nurul masuk beberapa
menit dan kemudian dia
keluar dengan membawa buku LKS Bahasa Inggrisnya. Tidak berlama-lama
disitu, akupun segera pamit untuk pulang dan berjanji untuk
mengembalikan buku LKS Bahasa Inggris miliknya sehabis pelajaran
Bahasa Inggris selesai.
Dirumah,
aku pun belajar dengan sungguh-sungguh tanpa ingin membiarkan waktu
yang berharga itu lewat begitu saja.
***
Ulangan
Bahasa Inggris pun selesai dan aku dapat menjawab semua soal nya,
walaupun agak amnesia sesaat waktu itu. Lalu
aku teringat janji ku kemaren malam untuk
mengembalikan buku LKS Bahasa Inggris milik Nurul. Seusai itu, aku
bertanya kepada teman ku, apakah LKS masih ada atau tidak.
Aku ragu jika bertanya langsung dengan Ibu Mariya, oleh sebab itu aku
bertanya kepada temanku saja.
Mereka tidak memberikan jawaban yang menyenangkan. “Sepertinya LKS
nya sudah habis deh, coba kamu motocopy saja.”.
“Jangan
difotocopy dulu, cari aja lagi yang benar, paling juga terselip.
Seperti aku kemaren, buku ku juga terselip dan akhirnya ketemu.”
Hani menambahi. Aku pun membatin, jika hanya motocopy sih tidak apa
apa, tapi yang sangat aku sayangkan dari buku LKS Bahasa Inggris ku
yang hilang adalah hampir 80% soal-soal yang ada di LKS tersebut
sudah aku jawab, malahan materi yang belum kami pelajari pun sudah
aku jawab. Aku merasa sia-sia mengerjakan itu semua, kalau akhirnya
LKS tersebut hilang juga. Tapi aku tidak mengetahui bagaimana
kedepannya. Aku berterima kasih kepada saran-saran yang diberikan
oleh temanku. Tetapi, aku ingin mencoba saran Hani yang sama persis
dengan Mas Herry.
Saat
pulang sekolah hari itu,
seusai makan siang aku ingin menggeledah seisi
ruangan kamar ku. Laci
kecil
yang berisi buku pelajaran itu yang awalnya berantakan, menjadi rapi.
Kemudian kolong tempat tidur menjadi bersih lagi. Dan aku sudah
memeriksa di belakang lemari, dan juga tidak diketemukan.
Karena kurasa ruangan kamar sudah aku geledah dan tidak kutemukan apa
apa. Aku mencoba mencari nya di ruang keluarga, barangkali terletak
dibawah printer atau karpet,
dan ternyata juga tidak ada. Aku lanjut untuk mencari nya di ruang
tamu, aku geser sofa nya dan ternyata juga tidak ada. Aku mencoba
mencari nya di keranjang tempat baju, dan juga tidak diketemukan. Aku
sudah lelah mencari nya kemana-mana. Merasa sudah putus asa, aku
memilih pilihan ku yang kedua, yaitu motocopy milik teman ku. Lantas
aku berpikir,
punya siapakah yang pantas untuk aku fotocopy? Aku mencoba memikir
lebih dalam, jika aku memotocopy punya teman ku yang perempuan,
pastilah buku LKS mereka ada yang sudah berjawaban. Kemudian aku
memikir ulang, terbesit di pikiran ku untuk memotocopy buku LKS milik
temanku yang laki-laki. Mengapa aku memilih yang lelaki? Aku tau buku
mereka itu rata-rata masih apik, dan jarang berjawaban. Jangankan
menjawab soal-soal yang belum dipelajari, mengerjakan pr yang ada di
LKS itupun, terkadang tidak mereka kerjakan. Otomatis, buku LKS
mereka masih bersih dari pena atau pensil yang menuliskan
jawaban-jawaban
dari soal di LKS tersebut. Oleh sebab itu, aku lebih memilih pinjam
LKS milik lelaki ketimbang yang perempuannya. Karena ini hari sabtu,
aku ingin meminjamnya pada hari senin saja, sehingga aku memiliki
kembali buku LKS Bahasa Inggris tersebut, walaupun fotocopy-an.
***
Hari
itu hari minggu, adalah hari yang tidak aku suka. Sebagian orang
mengatakan bahwa hari minggu adalah hari untuk bersantai, dan melepas
lelah yang jenuh beraktivitas selama dari hari senin sampai hari
sabtu. Menurutku tidak, bagiku justru di hari minggu itulah aktivitas
ku yang sangat padat. Mulai dari urusan rumah, urusan sekolah, sampai
urusan diluar. Saat pagi, aku mencuci baju, dan sepatu ku, lalu
dilanjutkan membantu ibu ku memasak. Belum lagi, sorenya aku harus
menyetrika baju seragam ku, yang
merupakan rutinitas di hari mingguku.
Malamnya, aku gunakan untuk menjawab soal-soal yang ada di buku
paket, maupun yang ada di LKS atau hanya mengerjakan pr-pr dari
sekolah. Dan terkadang, jika aku sudah lumayan bosan
untuk belajar, aku gunakan untuk bermain laptop, atau bermain
internet. Entah itu facebookan, kaskusan, terkadang membuat postingan
baru di blog ku. Aku lebih memilih hari hari lain ketimbang hari
minggu.
Sorenya,
sekitar jam 16.00 WIB, aku ingin melaksanakan salah satu tugas ku di
hari minggu itu. Yaitu menyetrika baju seragam. Masalah hilangnya
buku LKS Bahasa Inggris
ku itu
sudah tidak aku pikirkan lagi. Cukup membuatku sedih jika
terus-menerus ku pikirkan, jalan keluar nya adalah aku terpaksa
motocopy LKS milik teman. Aku
berjalan menuju lemari yang ber-isikan
baju-baju ku. Aku membuka pintu lemari tersebut, dan tampaklah oleh
ku baju-baju seragam yang kusut itu. Disaat aku ingin mengambil baju
tersebut, aku terkejut sekaligus berteriak kecil kesenangan. Aku
telah mendapati buku LKS Bahasa Inggris ku yang selama ini aku
cari-cari. Buku LKS Bahasa Inggris tersebut berselipan dengan
tumpukan
baju-baju seragam ku.
Baru
aku mengingatnya, disaat Hennisa dan Mira menjemputku untuk
bersama-sama berangkat les, lalu akupun terburu-buru. Yang ada
dibenakku saat itu adalah berlekas untuk les, karena sudah ditunggu
sama temanku. Sehingga aku tidak memikirkan lagi buku LKS Bahasa
Inggris ku tersebut. “Alhamdulillah, akhirnya buku LKS Bahasa
Inggris ku ketemu juga.” Seraya berucap demikian, aku membawa buku
LKS tersebut untuk aku taruh di laci buku pelajaran. Kemudian di
hari-hari selanjutnya, aku sangat menjaga buku-buku ku, bukan hanya
buku LKS Bahasa Inggris saja yang aku jaga, tetapi semua buku-buku
pelajaran ku. Aku belajar dari kesalahan-kesalahan ku yang lalu.