Diriwayatkan dari
Sahl bin Sa’d Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
يَكُونُ فِـي آخِرِ الزَّمَانِ خَسْفٌ وَقَذْفٌ وَمَسْخٌ قِيْلَ: وَمَتَى ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: إِذَا ظَهَرَتِ الْمَعَازِفُ وَالْقَيْنَاتُ.
“Di akhir zaman nanti akan ada (peristiwa) di mana orang-orang ditenggelamkan (ke dalam bumi), dilempari batu dan dirubah rupanya.” Beliau ditanya, “Kapankah hal itu terjadi wahai Rasulullah!” Beliau menjawab, “Ketika alat-alat musik dan para penyanyi telah merajalela.”
يَكُونُ فِـي آخِرِ الزَّمَانِ خَسْفٌ وَقَذْفٌ وَمَسْخٌ قِيْلَ: وَمَتَى ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: إِذَا ظَهَرَتِ الْمَعَازِفُ وَالْقَيْنَاتُ.
“Di akhir zaman nanti akan ada (peristiwa) di mana orang-orang ditenggelamkan (ke dalam bumi), dilempari batu dan dirubah rupanya.” Beliau ditanya, “Kapankah hal itu terjadi wahai Rasulullah!” Beliau menjawab, “Ketika alat-alat musik dan para penyanyi telah merajalela.”
Musik dalam bahasa Arab disebut ma’azif, yang berasal dari
kata ‘azafa yang berarti berpaling. Kalau dikatakan: Si fulan berazaf dari
sesuatu, maknanya adalah berpaling dari sesuatu. Jika dikatakan laki-laki yang
‘azuf dari yang melalaikan, artinya yang berpaling darinya. Bila dikatakan
laki-laki yang ‘azuf dari para wanita artinya adalah yang tidak senang kepada
mereka.
وَقَالَ
هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا
صَدَقَةُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا
عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ يَزِيدَ بْنِ
جَابِرٍ حَدَّثَنَا عَطِيَّةُ بْنُ
قَيْسٍ الْكِلَابِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ غَنْمٍ الْأَشْعَرِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو عَامِرٍ أَوْ أَبُو مَالِكٍ الْأَشْعَرِيُّ
وَاللَّهِ مَا كَذَبَنِي سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ
وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ
(Al-Bukhari berkata) : dan telah berkata Hisyam bin 'Ammar: telah memberitahukan kepada kami Shodaqoh bin Kholid, (ia berkata): telah memberitahukan kepada kami Abdurrahman bin Yazid bin Jaabir, (ia berkata): telah memberitahukan kepada kami Athiyyah bin Qois alKilaaby, (ia berkata): telah memberitahukan kepada kami Abdurrahman bin Ghonam al-Asy-'ary, (ia berkata): telah memberitahukan kepadaku Abu Amir atau Abu Malik al-Asy'ariy, demi Allah ia tidak berdusta kepadaku bahwa ia mendengar dari Nabi shollallaahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Sungguh akan ada pada umatku, sekelompok kaum yang menghalalkan zina, sutera (bagi lelaki), khamr (minuman keras), dan alat musik (Shahih al-Bukhari pada Kitabul Asyribah Bab Maa jaa-a fii man yastahillul khomro wa yusammiihi bi ghoiri ismihi juz 17 halaman 298).
قَيْسٍ الْكِلَابِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ غَنْمٍ الْأَشْعَرِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو عَامِرٍ أَوْ أَبُو مَالِكٍ الْأَشْعَرِيُّ
وَاللَّهِ مَا كَذَبَنِي سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ
وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ
(Al-Bukhari berkata) : dan telah berkata Hisyam bin 'Ammar: telah memberitahukan kepada kami Shodaqoh bin Kholid, (ia berkata): telah memberitahukan kepada kami Abdurrahman bin Yazid bin Jaabir, (ia berkata): telah memberitahukan kepada kami Athiyyah bin Qois alKilaaby, (ia berkata): telah memberitahukan kepada kami Abdurrahman bin Ghonam al-Asy-'ary, (ia berkata): telah memberitahukan kepadaku Abu Amir atau Abu Malik al-Asy'ariy, demi Allah ia tidak berdusta kepadaku bahwa ia mendengar dari Nabi shollallaahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Sungguh akan ada pada umatku, sekelompok kaum yang menghalalkan zina, sutera (bagi lelaki), khamr (minuman keras), dan alat musik (Shahih al-Bukhari pada Kitabul Asyribah Bab Maa jaa-a fii man yastahillul khomro wa yusammiihi bi ghoiri ismihi juz 17 halaman 298).
Hendaknya ini menjadi perhatian kita. Adakah pernah timbul rasa rindu ketika
kita mendengar ayat-ayat Al Qur’an dibacakan? Pernahkah muncul
perasaan (haru dan tunduk atau khusyu’) yang dalam saat kita membacanya? Coba bandingkan tatkala kita
mendengarkan nyanyian dan alat musik!
Firman
Allah Ta’ala :
1. “Dan di antara manusia ada yang membeli (menukar) lahwal
hadits untuk menyesatkan orang dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikannya
ejekan, bagi mereka siksa yang menghinakan.” (QS. Luqman : 6)
Al
Wahidi dalam tafsirnya menyatakan bahwa kebanyakan para mufassir mengartikan “lahwal
hadits” dengan “nyanyian”.
Penafsiran
ini disebutkan oleh Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhu. Dan kata Imam Al Qurthubi
dalam tafsirnya, Jami’ Ahkamul Qur’an, penafsiran demikian lebih tinggi dan
utama kedudukannya.
2. “Maka apakah terhadap berita ini kamu merasa heran. Kamu
tertawa-tawa dan tidak menangis? Dan kamu bernyanyi-nyanyi?” (QS. An Najm
: 59-61)
Kata
‘Ikrimah –dari Ibnu Abbas–, as sumud artinya al ghina’ menurut dialek Himyar.
Dia menambahkan : “Jika mendengar Al Qur’an dibacakan, mereka bernyanyi-nyanyi,
maka turunlah ayat ini.”
Ibnul
Qayyim menerangkan bahwa penafsiran ini tidak bertentangan dengan pernyataan
bahwa as sumud artinya lalai dan lupa. Dan tidak pula menyimpang dari pendapat
yang mengatakan bahwa arti “kamu
bernyanyi-nyanyi” di sini adalah kamu menyombongkan diri, bermain-main, lalai,
dan berpaling. Karena semua perbuatan tersebut terkumpul dalam al ghina’
(nyanyian), bahkan ia merupakan pemicu
munculnya sikap tersebut. (Mawaridul Aman halaman 325)
Imam
Ahmad Al Qurthubi menyimpulkan keterangan para mufassir ini dan menyatakan
bahwa segi pendalilan diharamkannya al ghina’ adalah karena posisinya
disebutkan oleh Allah sebagai sesuatu yang tercela dan hina. (Kasyful Qina’
halaman 59)
Dalil-Dalil Dari As Sunnah
1.
Dari Abi ‘Amir –Abu Malik– Al Asy’ari, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam beliau bersabda :
“Sungguh akan ada di kalangan umatku suatu kaum yang
menganggap halalnya zina, sutera, khamr, dan alat-alat musik … .” (HR.
Bukhari 10/51/5590-Fath)
2.
Dari Abi Malik Al Asy’ari dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam beliau
bersabda :
“Sesungguhnya akan ada sebagian
manusia dari umatku meminum khamr yang mereka namakan dengan nama-nama lain,
kepala mereka bergoyang-goyang karena alat-alat musik dan penyanyi-penyanyi
wanita, maka Allah benamkan mereka ke dalam perut bumi dan menjadikan sebagian
mereka kera dan babi.” (HR. Bukhari dalam At Tarikh 1/1/305, Al Baihaqi, Ibnu
Abi Syaibah dan lain-lain. Lihat Tahrim ‘alath Tharb oleh Syaikh Al Albani
halaman 45-46)
3.
Dari Anas bin Malik berkata :
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
Dua suara terlaknat di dunia dan di akhirat : “Seruling-seruling (musik-musik atau nyanyian) ketika
mendapat kesenangan dan rintihan (ratapan) ketika mendapat musibah.” (Dikeluarkan
oleh Al Bazzar dalam Musnad-nya, juga Abu Bakar Asy Syafi’i, Dliya’ Al Maqdisy,
lihat Tahrim ‘alath Tharb oleh Syaikh Al Albani halaman 51-52)
4.
Dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam bersabda :
“Sesungguhnya saya tidak melarang
(kamu) menangis, tapi saya melarangmu dari dua suara (yang menunjukkan)
kedunguan dan kejahatan, yaitu suara ketika gembira, yaitu bernyanyi-nyanyi,
bermain-main, dan seruling-seruling syaithan dan suara ketika mendapat musibah,
memukul-mukul wajah, merobek-robek baju, dan ratapan-ratapan syaithan.” (Dikeluarkan
oleh Al Hakim, Al Baihaqi, Ibnu Abiddunya, Al Ajurri, dan lain-lain, lihat
Tahrim ‘alath Tharb halaman 52-53)
5.
Dari Ibnu Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
bersabda :
“Sesungguhnya Allah telah
mengharamkan bagiku –atau mengharamkan– khamr, judi, al kubah (gendang), dan
seluruh yang memabukkan haram.” (HR. Abu Dawud, Al Baihaqi,
Ahmad, Abu Ya’la, Abu Hasan Ath Thusy, Ath Thabrani dalam Tahrim ‘alath Tharb
halaman 55-56)
6.
Dari ‘Imran Hushain ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
bersabda :
“Akan terjadi pada umatku, lemparan
batu, perubahan bentuk, dan tenggelam ke dalam bumi.” Dikatakan : “Ya
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, kapan itu terjadi?” Beliau menjawab :
“Jika telah tampak alat-alat musik, banyaknya penyanyi wanita, dan diminumnya
khamr-khamr.” (Dikeluarkan oleh Tirmidzi, Ibnu Abiddunya, dan
lain-lain, lihat Tahrim ‘alath Tharb halaman 63-64)
7.
Dari Nafi’ maula Ibnu ‘Umar, ia bercerita bahwa Ibnu ‘Umar pernah mendengar
suara seruling gembala lalu (‘Umar) meletakkan jarinya di kedua telinganya dan
pindah ke jalan lain dan berkata : “Wahai Nafi’, apakah engkau mendengar?” Aku jawab : “Ya.” Dan
ia terus berjalan sampai kukatakan tidak. Setelah itu ia letakkan lagi
tangannya dan kembali ke jalan semula. Lalu beliau berkata :
“Kulihat Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam mendengar suling gembala lalu berbuat seperti ini.” (Dikeluarkan
oleh Abu Dawud 4925 dan Baihaqi 10/222 dengan sanad hasan)
Imam
Ibnul Jauzi dalam Talbis Iblis (Muntaqa Nafis halaman 304) mengomentari hadits
ini sebagai berikut : “Jika
seperti ini yang dilakukan mereka terhadap suara-suara yang tidak menyimpang
dari sikap-sikap yang lurus, maka bagaimanakah dengan nyanyian dan musik-musik
orang jaman sekarang (jaman beliau rahimahullah, apalagi di jaman kita,
pent.)?”
Dan
Imam Ahmad Al Qurthubi dalam Kasyful Qina’ halaman 69 menyatakan : “Bahwa pendalilan dengan
hadits-hadits ini dalam mengatakan haramnya nyanyian dan alat-alat musik,
hampir sama dengan segi pendalilan dengan ayat-ayat Al Qur’an. Bahkan dalam
hadits-hadits ini disebutkan lebih jelas dengan adanya laknat bagi penyanyi
maupun yang mendengarkanya.”
Di
dalam hadits pertama, Imam Al Jauhari menyatakan bahwa dalam hadits ini, digabungkannya
penyebutan al ma’azif dengan khamr, zina, dan sutera menunjukkan kerasnya
pengharaman terhadap alat-alat musik dan sesungguhnya semua itu termasuk
dosa-dosa besar. (Kasyful Qina’ halaman 67-69)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar