Jadi, apakah anda sekalian termasuk orang yang jujur ?!
Perintah untuk Berlaku Jujur
Dalam beberapa ayat, Allah Ta’ala telah memerintahkan untuk berlaku jujur. Di antaranya pada firman Allah Ta’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.” (QS. At Taubah: 119).
Dalam ayat lainnya, Allah Ta’ala berfirman,
 فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ
“Tetapi jikalau mereka berlaku jujur pada Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (QS. Muhammad: 21)
Dalam hadits dari sahabat 
'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu  juga dijelaskan keutamaan sikap
 jujur dan bahaya sikap dusta.  Ibnu  Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah
 shallallahu 'alaihi wa sallam  bersabda,
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
“Hendaklah kalian 
senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya  kejujuran akan 
megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan  mengantarkan 
pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan  berusaha untuk 
jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang  yang jujur. 
Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya  dusta akan 
mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan  pada 
neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk  berdusta, 
maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607)
Begitu pula dalam hadits dari Al Hasan bin ‘Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
“Tinggalkanlah yang 
meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu.  Sesungguhnya kejujuran 
lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu)  akan menggelisahkan 
jiwa.”
 (HR. Tirmidzi no. 
2518 dan Ahmad 1/200,  hasan shahih). Jujur adalah suatu kebaikan 
sedangkan dusta (menipu)  adalah suatu kejelekan. Yang namanya kebaikan 
pasti selalu mendatangkan  ketenangan, sebaliknya kejelekan selalu 
membawa kegelisahan dalam jiwa.
Basyr Al Haafi berkata,
من عامل الله بالصدق، استوحش من الناس
"Barangsiapa yang berinteraksi dengan Allah dengan penuh kejujuran, maka manusia akan menjauhinya." (Mukhtashor Minhajil Qoshidin, 351). Karena memang jujur itu begitu asing saat ini, sehingga orang yang jujur dianggap aneh.
Perintah untuk Menjaga Amanat
Allah Ta'ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya" (QS. An Nisa': 58)
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
أَدِّ الأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْتَمَنَكَ
"Tunaikanlah amanat kepada orang yang menitipkan amanat padamu." (HR. Abu Daud no. 3535 dan At Tirmidzi no. 1624, hasan shahih)
Khianat ketika diberi amanat adalah di antara tanda munafik. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
"Ada tiga tanda munafik: 
jika berkata, ia dusta; jika berjanji, ia  mengingkari; dan jika diberi 
amanat, ia khianat." (HR. Bukhari no. 33)
Jadi, jika dititipi amanat, 
jagalah amanat tersebut itu dengan baik.  Jangan sampai dikorupsi, 
jangan sampai dikurangi dan masuk kantong  sendiri. Ingatlah ancaman 
dalam dalil di atas sebagaimana dikata  munafik.
Kunci Utama
Kunci utama agar kita menjaga 
amanat ketika dititipi uang misalnya,  sehingga tidak dikorupsi atau 
dikurangi adalah dengan memahami takdir  ilahi. Ingatlah bahwa setiap 
orang telah ditetapkan rizkinya. Allah  tetapkan rizki tersebut dengan 
adil, ada yang kaya dan ada yang miskin.  Allah tetapkan ada yang 
berkelebihan harta dari lainnya, itu semua  dengan kehendak Allah karena
 Dia tahu manakah yang terbaik untuk  hamba-Nya. Sehingga kita hendaklah
 mensyukuri apa yang Allah beri  walaupun itu sedikit.
اللهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ القَوِيُّ العَزِيزُ
“Allah
 Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezki  kepada yang di
 kehendaki-Nya dan Dialah yang Maha kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Asy Syura: 19)
Allah Ta'ala berfirman,
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ
“Dan jikalau Allah 
melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya  tentulah mereka akan melampaui
 batas di muka bumi, tetapi Allah  menurunkan apa yang dikehendaki-Nya 
dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha  Mengetahui (keadaan) 
hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 27) Ibnu Katsir rahimahullah lantas
  menjelaskan,“Seandainya Allah memberi hamba tersebut rizki lebih dari 
 yang mereka butuh , tentu mereka akan melampaui batas, berlaku kurang  
ajar satu dan lainnya, serta akan bertingkah sombong.” (Lihat Tafsir Al 
 Qur’an Al ‘Azhim, 12/278)
Jika setiap orang memahami hal 
di atas, maka sungguh ia tidak akan  korupsi, tidak akan menipu dan lari
 dari amanat. Realita yang kami  saksikan sendiri menunjukkan bahwa 
mencari orang yang jujur itu amat  sulit di zaman ini. Kita butuh 
menyeleksi dengan baik jika memberi  amanat pada orang lain. Hanya 
dengan modal iman dan takwa-lah serta  merasa takut pada Allah, kita 
bisa memiliki sifat jujur dan amanat.
Semoga Allah Memberi Akhlak Mulia
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الأَخْلاَقِ وَالأَعْمَالِ وَالأَهْوَاءِ
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar