Minggu, 05 Agustus 2012

Merayakan Ulang Tahun Ala Nabi Muhammad Saw.

Ternyata Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam mempunyai cara tersendiri untuk memperingati hari kelahirannya. Bukan dengan mengundang teman, lalu meniup lilin sambil diiringi lagu Selamat Ulang Tahun atau Happy Birthday, tidak pula dengan berdansa, tidak pula mentraktir teman, tidak pula memberi hadiah atau menerima hadiah. Sebenarnya perayaan ulang tahun itu datang dari budaya barat. Jelas disini bahwa perayaan ulang tahun atau peniupan lilin bukan dari ajaran Islam, malah itu dipraktikan oleh masyarakat Kristen sering kali mereka menyambut hari kelahiran mereka. “barang siapa yang menyambut dengan cara meniup lilin atau menyanyikan lagu hari lahir adalah haram sebab dia bukan dari budaya Islam.
 
Kebiasaan semacam ini (ulang tahun) adalah merupakan kebiasaan yang baru yang tidak pernah terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW, dan tidak ada dalil Al-Qur’an atau Al-Hadits yang memerintahkan kita untuk merayakannya. Dan juga tidak ada larangan langsung untuk melarang merayakan ulang tahun tersebut. Nabi Muhammad SAW bersabda :
” Siapa saja yang membuat pembaruan dalam agamaku ini, dari hal yang bukan dariku maka ia tertolak…”
Dalam hal ini, Imam Syafi’i berkata termaktub dalam kitab I’anatut Tholibin juz 1 hal 271, bahwa :
” Sebuah pembaharuan (bid’ah) selama tidak bertentangan dengan Al-Qur’an , Al-Hadits, Ijma’ dan Qiyas, maka itu tergolong baik atau di sebut Bid’ah Mahmudah,
Dan bila pembaharuan itu tidak berlandaskan sebuah dalil dan bertentangan dengan sumber hukum islam maka itulah bid’ah yang terlarang atau di sebut Bid’ah Dholalah.
 
Beliau shalallahu ‘alaihi wa salam merayakan dengan cara yang unik yang jauh berbeda dengan yang terjadi pada zaman ini. Tetapi Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam merayakan dengan berpuasa sunnah. Imam Ibn Hajar al-Asqalani dalam Kitabnua yang berjudul Bulughul Maram pada hadiat yang ke-698 menyebutkan:
 
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ اَلْأَنْصَارِيِّ رضي الله عنه ( أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ. قَالَ: يُكَفِّرُ اَلسَّنَةَ اَلْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ , وَسُئِلَ عَنْ صِيَامِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ. قَالَ: يُكَفِّرُ اَلسَّنَةَ اَلْمَاضِيَةَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ اَلِاثْنَيْنِ, قَالَ: ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ, وَبُعِثْتُ فِيهِ, أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ )  رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Abu Qotadah al-Anshory Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah ditanya mengenai puasa hari Arafah, lalu beliau menjawab: "Ia menghapus dosa-dosa tahun lalu dan yang akan datang." Beliau juga ditanya tentang puasa hari Asyura, lalu beliau menjawab: "Ia menghapus dosa-dosa tahun yang lalu." Dan ketika ditanya tentang puasa hari Senin, beliau menjawab: "Ia adalah hari kelahiranku, hari aku diutus, dan hari diturunkan al-Qur'an padaku." Riwayat Muslim.
Begitulah ajaran Islam, tak ada pesta dalam memperingati hari kelahiran. Kita didik anak-anak kita, adik-adik kita seperti yang Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam contohkan. Wallahu a’lam bi shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar