Jumat, 05 April 2013

Aku dan Kecerobohan


Telah diumumkan oleh Ibu Mariya Ulfah yang kerap kami panggil Ibu Mariya selaku guru Bahasa Inggris minggu lalu. Di hari jum’at itu seusai kami latihan mengerjakan soal, Ibu Mariya mengumumkan bahwa minggu depan pada hari sabtu akan diadakan middle test (ulangan) bagi kelas X3. Aku pun tidak sabar menunggu waktu nya tiba, walaupun ulangan itu terkesan sangat menakutkan, gugup, bahkan grogi ketika berhadapan dengan soal, tetapi aku berusaha untuk tetap rileks dan menjawab dengan tidak gugup. Terlebih lagi, jika kita sudah menguasai betul materi yang akan diulangkan tersebut, ketika kita berhadapan dengan soal, materi-materi yang telah kita kuasai menjadi ciut. Seperti terkena penyakit amnesia sesaat. Tetapi aku berharap untuk tidak lupa kepada materi yang aku pelajari tersebut. Seusai mendengar berita tersebut, aku berusaha untuk selalu mengingat bahwa kami akan middle test hari sabtu depan.
***
Di hari kamis tepatnya saat siang hari, aku ingin belajar materi yang akan di ulangkan tersebut, agar nanti disaat malam jum’at nya aku tidak terburu buru belajar atau bahasa kerennya disebut belajar system kebut semalam. Maka di hari kamis itu, aku sudah mulai untuk mempelajari nya. Dan yang diulangkan itu ada 2 sub bab materi pelajaran, aku pun berniat untuk mempelajari bab 1 terlebih dahulu. Ternyata materi nya tidak terlalu sulit dan tidak juga terlalu mudah dengan istilah lain sedang-sedang saja. Aku memperhatikan setiap kalimat-kalimat yang menurutku penting. Aku mengingat lebih dalam contoh kalimat Expression Surprise, Disbelief, Gratitude dan Response nya. Tak lupa juga untuk mengingat definisi dari Descriptive Text, Announcement, Narrative Text, dan Advertisement.
Saat selesai mempelajari bab 1, aku melakukan sesuatu, yaitu dengan menulis kembali apa yang telah aku pelajari tadi di selembar kertas kosong. Ini adalah kebiasaan ku ketika sehabis belajar. Karena aku ingin menguji seberapa kuat ingatan ku terhadap materi yang ku pelajari tadi. Aku duduk santai di ruang tamu sesambil menuliskan materi materi yang aku ingat tadi. Pensil terus menari diatas kertas kosong. Dan akhirnya, pensil tersebut berhenti menari. Ya, aku lupa kalimat selanjutnya apa, tetapi aku mengerti apa yang seharusnya aku tulis di kertas tersebut. Kemudian aku membuka LKS Bahasa Inggris yang sedari tadi tertutup di sebelahku. Aku membuka halaman 8, aku cari definisi dari Description Text. Setelah menemui definisi Description Text, aku memejamkan mata dan mulai berkomat-kamit untuk mengingat lebih dalam definisi tersebut. Aku tutup kembali LKS itu dan lanjut untuk menulis lagi. Seusai menulis aku memeriksa kembali kalimat kalimat yang aku tulis tadi, kemudian aku mencocokkan nya dengan buku LKS ku, apa yang aku tulis itu sama persis dengan yang di LKS, maka aku pun lega dan mengganggap bahwa aku sudah mengingat betul apa yang telah aku pelajari kurang lebih sekitar 25 menit yang lalu. Aku pun berniat untuk menyudahi sesi belajar ku ini karena aku ingin mengerjakan pekerjaan ku yang lain.
Di hari selanjutnya, yaitu pada hari jum’at, Ibu Mariya tidak masuk mengajar ke kelas kami. Dan kelas pun menjadi ribut karena tidak belajar. Mungkin karena di hari jum’at itu durasi belajar Bahasa Inggris kami sangat sedikit, di tambah lagi Ibu Mariya masuk pada jam terakhir sehabis pelajaran Geografi. Aku menerka itulah alasan nya, mengapa Ibu Mariya tidak mengajar kami pada waktu itu. Tetapi kami maklumi saja dan tidak mengeluh.
Seperti biasa, pulang sekolah aku kerap bersama Rahmah anak kelas X4. Di rumah Rahmah, aku selalu menunggu jemputan dari kakak ku yang biasa ku panggil ia dengan sebutan Mas Herry (Mas adalah sebutan untuk kakak laki-laki). “Kelas kalian sudah apa belum ulangan Bahasa Inggris?” tanyaku membuka pembicaraan. “Sudah, kemaren kami mengadakan ulangan Bahasa Inggris, memangnya kenapa? Kelas kalian belum ya?” Rahmah kembali bertanya. “Tidak apa-apa kok, aku hanya sekedar bertanya, Insya Allah besok kami mengadakan ulangan.” Kataku menjawab pertanyaan Rahmah. Kami berdua masih memperbincangkan masalah ulangan Bahasa Inggris, dan kemudian kami alih tema pembicaraan ke masalah wawancara. Disaat sedang asyik nya berbincang-bincang dengan Rahmah yang membahas tentang wawancara tersebut, akhirnya muncullah Mas Herry untuk menjemputku. Aku pamit pulang kepada Rahmah, dan aku segera naik keatas motor serta berharap untuk cepat sampai dirumah, karena aku sangat kehausan dan juga kegerahan.
***
Dirumah, sehabis makan siang. Aku belajar Bahasa Inggris lagi karena besok adalah waktunya middle test. Aku mempelajari bab 2, tetapi aku tidak terlalu konsentrasi saat itu. Lantas, aku pun pergi ke kamar tidur untuk belajar disana dengan harapan agar aku lebih konsentrasi. Kurang lebih 10 menitan disaat aku sedang asyik-asyik nya belajar, aku dipanggil oleh ibu ku untuk membantunya membersihkan kamar tidur yang sedang aku gunakan untuk belajar. Aku pun meng-iya kan perintah ibu ku tersebut. Aku mulai memindah laci-laci kecil yang berisi buku pelajaran ku. Sehingga akhirnya hanya tersisa lemari baju dan spring bed di kamar ku. Aku membersihkan kolong tempat tidur dengan sapu lidi, sementara ibuku menyapunya. Disaat sedang sibuk seperti itu pun, sempat-sempatnya aku melirik buku. Iya benar, aku belajar dalam keadaan yang tidak memungkinkan, membersihkan kamar sekaligus belajar.
Akhirnya saat ashar pun tiba, adzan berkumandang. Mas Herry bergegas untuk pergi ke masjid yang tidak jauh dari rumah. Hal tersebut menandakan bahwa waktu les sebentar lagi akan tiba. Hari jum’at adalah jadwal ku untuk les Bahasa Arab kepada Ibu Rusmi. Sementara itu, akupun pergi wudhu dan setelah itu aku shaat ashar. Seusai shalat ashar, aku mengambil keranjang baju yang berada disebelah lemari ku. Aku mengangkat baju baju yang sudah kering di jemuran, dan untungnya semua baju yang dijemur hari itu kering semuanya. Dengan cuaca yang mendukung dan pengering mesin cuci itu membuat baju baju yang dicuci lekas kering. Seusai mengangkat baju tersebut, aku ingin memeriksa lagi apakah ada baju yang tertinggal atau tidak, ternyata semuanya sudah ada di dalam keranjang baju.
Aku berjalan kedalam rumah dengan cepat sambil mengangkat keranjang yang berat itu. Sementara, kutaruh keranjang baju tadi diatas sofa pada ruang tamu. Aku ngos-ngosan seperti habis dikejar setan. Kemudian aku memasuki ruang keluarga untuk melihat jam dinding. Aku pun lega ternyata masih jam 15:10, itu tandanya masih ada waktu untuk melipati jemuran yang baru aku angkat tadi. Segera aku menuju ruang tamu untuk mengambil keranjang yang berat itu, lalu aku letakkan di ruang keluarga. Aku lebih senang melipat baju, mengerjakan pr dan bermain laptop di ruang keluarga itu. Karena tempat nya luas, lapang, dan gampang untuk melihat jam.
Aku duduk bersila diatas karpet berwarna cokelat muda sambil melipat baju. Disaat sedang melipat baju itupun aku masih sempat-sempatnya belajar. Sebentar-bentar aku melirik pada jam dinding. Aku menghela napas panjang, ternyata masih jam 15:15. Terkadang pada jam 15:15 itupun les belum dimulai, oleh sebab itu aku menyelesaikan pekerjaan ku dulu.
Tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara orang yang memanggil ku dan suara motor dimuka rumah ku. Aku hapal betul itu siapa, sepertinya Mira dan Hennisa. Saat aku melangkahkan kaki ku keluar rumah ternyata benar dugaanku. “Kamu les apa engga Fat?” Tanya Hennisa, “Iya aku les, masuk dulu Hen, Mir. Aku siap-siap dulu sebentar.” Jawab ku sambil mempersilahkan Hennisa dan Mira untuk duduk selagi menungguku. “Iya Fat, kami menunggu disini saja.” Kemudian Hennisa dan Mira duduk di kursi teras depan rumah. Lalu aku masuk dengan tergesa-gesa untuk membereskan baju yang telah aku lipat, sedangkan baju yang belum aku lipat aku kembalikan lagi ke keranjang bajunya. Terlebih dahulu ku taruh baju Ibuku karena letak nya berdekatan dengan ruang keluarga, lalu aku menaruh bajuku. Aku lari ke kamar mandi untuk mencuci muka, lalu aku lap dengan handuk. Dengan sedikit berlari-lari kecil aku menuju kamar ku untuk mengambil buku paket Bahasa Arab, kemudian menaruhnya kedalam tas ku, dilanjutkan dengan mengambil kunci motor yang tergantung di sebelah lemari. “Mama, Mas Herry, aku berangkat les dulu ya, Assalamualaikum…” aku pamit kepada Ibuku dan juga Mas Herry. Kemudian Ibu dan Mas Herry menjawab salam ku secara bersamaan. Aku menemui Hennisa dan Mira sembari memasang helm. Lalu aku menghidupkan mesin motor dan berangkat bersama teman-teman ku.
Saat kami sampai di sana, ternyata mereka sudah belajar, tetapi kami hanya ber-8 orang saja, 2 orang yang lain ternyata sedang tidak dapat hadir les waktu itu, mungkin mereka ada kegiatan lain. Les hari itu hanya menerjemahkan dialog dalam Bahasa Arab kedalam Bahasa Indonesia. Aku tahu aku sudah menerjemahkannya, karena disaat waktu luang terkadang aku menerjemahkannya kedalam Bahasa Indonesia. Lalu aku mengerjakan soal-soal yang lain. Sesudah selesai mengerjakan soal yang lain, aku ngobrol dengan Novita karena Ibu Rusmi nya keluar, mungkin ada pekerjaan lain. “Nov, kamu pernah kan beli batagor di dekat bundaran buah itu?” Tanyaku kepada Novita sembari bermain dengan capung. “Iya pernah, kenapa?” Novita kembali bertanya. “Ohh, tidak apa apa kok, aku cuman kepingin mencicipi nya saja, bagaimana rasanya Nov enak apa tidak?” Aku bertanya dengan rasa penasaran yang memuncak. “Enak saja kok, coba kamu beli, harganya cuman Rp.5000.” Novita mengusulkanku untuk membelinya. “Iya, Insya Allah pulang les ini aku mau beli.” Hari itu les nya hanya sebentar saja, biasanya kami pulang pada jam 16.00 WIB, tetapi kali ini kami pulang lebih awal pada hari-hari biasanya, kami pulang pada jam 15.30.
Sebelum pulang, aku memeriksa uang didalam tas ku, aku mencari uang lebih. Uang tersebut akan aku gunakan untuk membeli batagor di bundaran buah didekat rumahku, sesuai dengan usul Novita untuk menyuruhku membelinya. Warung itu baru saja didirikan, yang menjual batagor, es pisang ijo, siomay dll. Karena aku sangat suka batagor, lalu aku ingin sekali mencoba batagor di warung baru tersebut. Aku hanya membeli satu bungkus dengan harga Rp.5000.
***
Sesampainya dirumah, aku langsung menuju dapur untuk mengambil garpu, disaat aku melewati ruang keluarga aku melihat pekerjaan ku yang belum terselesaikan tadi, dan akan kukerjakan sehabis mengambil garpu. Lalu aku menawarkan batagor yang baru aku beli tadi, kepada Ibu dan Mas Herry. Ternyata mereka tidak ada yang berminat. Sambil melipat baju ditempat yang sama, aku melahap batagor tersebut satu persatu. Sekarang pekerjaan ku sudah selesai yang berbarengan dengan habisnya batagor ku. Kini tugas ku tinggal mempelajari bab 2. Disaat aku menuju kamar dan membuka laci buku pelajaran, aku tidak menemui buku LKS Bahasa Inggris ku, yang aku temukan adalah kertas yang kutulisi dengan materi pelajaran bab 1 tadi. Aku gugup, gelisah waktu itu. Kemudian aku bertanya kepada Ibu dan Mas Herry. Nihil, mereka tidak melihat buku LKS berwara biru milikku. Aku bertambah gugup. Kemudian aku berusaha untuk mengingat lagi aktivitas apa sajakah yang aku lakukan tadi sebelum aku kehilangan buku LKS Bahasa Inggris milikku. Aku mencoba mencari nya di ruang keluarga, tetapi usahaku sia-sia. Tak ku jumpai buku LKS Bahasa Inggris berwarna biru milikku.
Sudahlah, paling juga terselip. Tidak mungkin hilang, masa didalam rumah bisa hilang. Cari yang lebih teliti lagi dan jangan terburu-buru. Makanya kalau habis belajar itu bukunya disimpan lagi pada tempatnya, jangan ditaruh sembarangan, akibatnya seperti ini, kamu kelabakan mencari bukumu itu. Sudah sana, mandi dulu. Lanjut nanti lagi nyari buku nya.” Mas Herry berusaha menghibur, menasehati ku, dan mengingatkan ku agar lekas mandi. Aku tidak menggubris perkataan Mas Herry, tetap seperti semula, masih sibuk mencari buku LKS ku itu. Kemudian aku beranjak pergi menuju kamar mandi dan meninggalkan ruang keluarga dengan badan membungkuk serta raut muka yang kusut.
Seusai makan malam aku bertambah gelisah. Jika buku LKS ku hilang maka aku tidak dapat mempelajari bab 2. Padahal besok adalah waktu nya middle test. Terbesit ide di pikiranku untuk meminjam buku milik Nurul anak kelas X2. Dia adalah tetanggaku dan kebetulan kami satu sekolah. Tunggu apa lagi, aku langsung berdiri dari sofa, pamit, dan keluar menuju kostan Nurul. Aku melewati setiap rumah-rumah tetanggaku, dan akhirnya sampai pada kostan Nurul. Aku berdiri tegak didepan pintu kostan Nurul, mengetuk pintu nya, dan kemudian memanggilnya. Akhirnya Nurul pun membukakan pintu untukku. Aku mengutarakan maksud kedatanganku malam-malam itu kepada Nurul. Tanpa pikir panjang Nurul menerima permintaanku, Nurul masuk beberapa menit dan kemudian dia keluar dengan membawa buku LKS Bahasa Inggrisnya. Tidak berlama-lama disitu, akupun segera pamit untuk pulang dan berjanji untuk mengembalikan buku LKS Bahasa Inggris miliknya sehabis pelajaran Bahasa Inggris selesai. Dirumah, aku pun belajar dengan sungguh-sungguh tanpa ingin membiarkan waktu yang berharga itu lewat begitu saja.


***
Ulangan Bahasa Inggris pun selesai dan aku dapat menjawab semua soal nya, walaupun agak amnesia sesaat waktu itu. Lalu aku teringat janji ku kemaren malam untuk mengembalikan buku LKS Bahasa Inggris milik Nurul. Seusai itu, aku bertanya kepada teman ku, apakah LKS masih ada atau tidak. Aku ragu jika bertanya langsung dengan Ibu Mariya, oleh sebab itu aku bertanya kepada temanku saja. Mereka tidak memberikan jawaban yang menyenangkan. “Sepertinya LKS nya sudah habis deh, coba kamu motocopy saja.”. “Jangan difotocopy dulu, cari aja lagi yang benar, paling juga terselip. Seperti aku kemaren, buku ku juga terselip dan akhirnya ketemu.” Hani menambahi. Aku pun membatin, jika hanya motocopy sih tidak apa apa, tapi yang sangat aku sayangkan dari buku LKS Bahasa Inggris ku yang hilang adalah hampir 80% soal-soal yang ada di LKS tersebut sudah aku jawab, malahan materi yang belum kami pelajari pun sudah aku jawab. Aku merasa sia-sia mengerjakan itu semua, kalau akhirnya LKS tersebut hilang juga. Tapi aku tidak mengetahui bagaimana kedepannya. Aku berterima kasih kepada saran-saran yang diberikan oleh temanku. Tetapi, aku ingin mencoba saran Hani yang sama persis dengan Mas Herry.
Saat pulang sekolah hari itu, seusai makan siang aku ingin menggeledah seisi ruangan kamar ku. Laci kecil yang berisi buku pelajaran itu yang awalnya berantakan, menjadi rapi. Kemudian kolong tempat tidur menjadi bersih lagi. Dan aku sudah memeriksa di belakang lemari, dan juga tidak diketemukan. Karena kurasa ruangan kamar sudah aku geledah dan tidak kutemukan apa apa. Aku mencoba mencari nya di ruang keluarga, barangkali terletak dibawah printer atau karpet, dan ternyata juga tidak ada. Aku lanjut untuk mencari nya di ruang tamu, aku geser sofa nya dan ternyata juga tidak ada. Aku mencoba mencari nya di keranjang tempat baju, dan juga tidak diketemukan. Aku sudah lelah mencari nya kemana-mana. Merasa sudah putus asa, aku memilih pilihan ku yang kedua, yaitu motocopy milik teman ku. Lantas aku berpikir, punya siapakah yang pantas untuk aku fotocopy? Aku mencoba memikir lebih dalam, jika aku memotocopy punya teman ku yang perempuan, pastilah buku LKS mereka ada yang sudah berjawaban. Kemudian aku memikir ulang, terbesit di pikiran ku untuk memotocopy buku LKS milik temanku yang laki-laki. Mengapa aku memilih yang lelaki? Aku tau buku mereka itu rata-rata masih apik, dan jarang berjawaban. Jangankan menjawab soal-soal yang belum dipelajari, mengerjakan pr yang ada di LKS itupun, terkadang tidak mereka kerjakan. Otomatis, buku LKS mereka masih bersih dari pena atau pensil yang menuliskan jawaban-jawaban dari soal di LKS tersebut. Oleh sebab itu, aku lebih memilih pinjam LKS milik lelaki ketimbang yang perempuannya. Karena ini hari sabtu, aku ingin meminjamnya pada hari senin saja, sehingga aku memiliki kembali buku LKS Bahasa Inggris tersebut, walaupun fotocopy-an.
***
Hari itu hari minggu, adalah hari yang tidak aku suka. Sebagian orang mengatakan bahwa hari minggu adalah hari untuk bersantai, dan melepas lelah yang jenuh beraktivitas selama dari hari senin sampai hari sabtu. Menurutku tidak, bagiku justru di hari minggu itulah aktivitas ku yang sangat padat. Mulai dari urusan rumah, urusan sekolah, sampai urusan diluar. Saat pagi, aku mencuci baju, dan sepatu ku, lalu dilanjutkan membantu ibu ku memasak. Belum lagi, sorenya aku harus menyetrika baju seragam ku, yang merupakan rutinitas di hari mingguku. Malamnya, aku gunakan untuk menjawab soal-soal yang ada di buku paket, maupun yang ada di LKS atau hanya mengerjakan pr-pr dari sekolah. Dan terkadang, jika aku sudah lumayan bosan untuk belajar, aku gunakan untuk bermain laptop, atau bermain internet. Entah itu facebookan, kaskusan, terkadang membuat postingan baru di blog ku. Aku lebih memilih hari hari lain ketimbang hari minggu.
Sorenya, sekitar jam 16.00 WIB, aku ingin melaksanakan salah satu tugas ku di hari minggu itu. Yaitu menyetrika baju seragam. Masalah hilangnya buku LKS Bahasa Inggris ku itu sudah tidak aku pikirkan lagi. Cukup membuatku sedih jika terus-menerus ku pikirkan, jalan keluar nya adalah aku terpaksa motocopy LKS milik teman. Aku berjalan menuju lemari yang ber-isikan baju-baju ku. Aku membuka pintu lemari tersebut, dan tampaklah oleh ku baju-baju seragam yang kusut itu. Disaat aku ingin mengambil baju tersebut, aku terkejut sekaligus berteriak kecil kesenangan. Aku telah mendapati buku LKS Bahasa Inggris ku yang selama ini aku cari-cari. Buku LKS Bahasa Inggris tersebut berselipan dengan tumpukan baju-baju seragam ku.
Baru aku mengingatnya, disaat Hennisa dan Mira menjemputku untuk bersama-sama berangkat les, lalu akupun terburu-buru. Yang ada dibenakku saat itu adalah berlekas untuk les, karena sudah ditunggu sama temanku. Sehingga aku tidak memikirkan lagi buku LKS Bahasa Inggris ku tersebut. “Alhamdulillah, akhirnya buku LKS Bahasa Inggris ku ketemu juga.” Seraya berucap demikian, aku membawa buku LKS tersebut untuk aku taruh di laci buku pelajaran. Kemudian di hari-hari selanjutnya, aku sangat menjaga buku-buku ku, bukan hanya buku LKS Bahasa Inggris saja yang aku jaga, tetapi semua buku-buku pelajaran ku. Aku belajar dari kesalahan-kesalahan ku yang lalu. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar